Kamis, 26 April 2012

Cerita Unik Teh

 



  • Upacara Minum Teh di Jepang
Jepang memang terkenal sebagai sebuah negara yang masih sangat kuat sekali unsur kebudayaannya. Mereka senantiasa menjalani hidup modern namun tetap berorientasi pada kebudayaan mereka. Mereka tidak lupa akan budaya peninggalan nenek moyang mereka.
Salah satu kebudayaan Jepang yang terkenal adalah kebudayaan minum teh. Teh sendiri di Jepang merupakan minuman resmi yang selalu ada di setiap perayaan hari besar mereka. Namun ada perayaan untuk minum teh itu sendiri. Apa sih itu kebudayaan minum teh dan untuk apa dilakukan? Berikut sedikit penjelasannya.
Upacara minum teh adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō. Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar

  • Budaya Teh di Indonesia
 Teh, adalah salah satu minuman yang tidak asing di Indonesia. Minuman ini bisa didapatkan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Seperti di kota Jogja. Setiap malam, terutama sepanjang jalan Malioboro, akan terlihat banyak sekali tempat-tempat minum teh yang biasa disebut “angkringan“.  Masyarakat dari berbagai kalangan dan status sosial seperti pengemudi becak, pedagang asongan, seniman dan pelajar/mahasiswa, tak segan-segan berkumpul dan mengobrol dengan santainya di tempat ini.
Angkringan ini awalnya hanya tempat untuk minum teh sambil mengaso, tetapi pada perkembangannya, angkringan juga berfungsi sebagai warung makan sekaligus tempat bersantai. Walaupun sudah tersedia aneka macam makanan dan minuman, “wedang teh” tetap menjadi menu utama dari angkringan ini.  Minuman teh yg menjadi favorit para pengunjung adalah “Nasgitel”, kepanjangan dari “panas-legi-kenthel” atau panas-manis dan kental”.
Jenis teh yang dihidangkan dan cara meminumnya pun agak berbeda, Nasgitel menggunakan “teh merah” atau “teh hitam” yang dipadu dengan “gula batu” yang sangat manis. Penyajiannya biasanya berupa kotokan (daun teh kering) yang diseduh dengan air mendidih, disajikan dalam gelas plus beberapa butir gula batu yang disajikan terpisah.
Angkringan
Setelah seduhan teh dihidangkan, pelanggan biasanya segera mencemplungkan gula batu kedalamnya. Proses ini sampai dengan wedang teh siap diminum memerlukan waktu sekitar 10 menit, sambil menunggu biasanya pelanggan akan menikmati makanan kecil seperti ketela goreng, pisang goreng, singkong rebus, uli (juadah) dan lain sebagainya.
Uniknya, para pedagang angkringan tidak pernah mempermasalahkan waktu. Para pelanggan seringkali menikmati teh semalam suntuk sambil mendengarkan siaran wayang kulit atau uyon-uyon dari radio yang dibawa oleh pedagang angkringan tersebut. Tanpa rasa kesal, pedagang angkringan akan tetap melayani walaupun tagihannya tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah per orang.
Demikian juga mengenai kebiasaan minum teh di tataran Sunda. Dahulu, mereka meminum teh memakai mangkok dari batok kelapa dan tatakan dari bambu sambil menghangatkan badan di dekat perapian. Kebiasaan ini biasa disebut sebagai “nganyeut”.
Sedangkan di wilayah Jawa Timur khususnya Surabaya, walaupun di daerah lawang-wonoasri Jatim terdapat berhektar-hektar kebun teh, minuman ini masih dianggap sesuatu yang mewah untuk menyuguhi tamu. Dan sampai saat ini, jika teh disajikan tanpa gula adalah minuman aneh, tidak mengherankan jika teh hijau kemasan yang non sugar di supermarket- supermarket di surabaya selalu rapi tak tersentuh.
Kebun Teh
Jika dilihat dari nilai filosofi, sosial, agama dan seni, kebiasaan minum teh di masyarakat kita tidak bisa di sepadankan dengan budaya Jepang dan China. Untuk mereka, minum teh adalah satu seni yang mempunyai banyak sekali aturan dan tata cara yang harus dilalui.
Sebenarnya, cara meminum teh di Indonesia yang menggunakan Poci tanah liat (Teh Poci), juga memiliki nilai lebih, karena didalamnya juga mengandung filosofi. Hanya saja kebiasaan ini memang belum memberikan apresiasi lebih terhadap teh itu sendiri.


  •  Tradisi memetik teh di China #Unik
 Tradisi Cina yang satu ini memang unik dan nyata terjadi.  Sebuah perkebunan teh di China mencari para gadis perawan untuk memetik teh dengan mulut mereka.  Teh yang dihasilkan memang merupakan salah satu teh paling enak di dunia dan uniknya teh itu dipetik oleh sekelompok gadis perawan dengan mulut mereka.  Legenda yang berkembang bahwa daun-daun teh itu biasa dipetik oleh para peri  dengan mulut mereka.  Konon seperti yang diceritakan bahwa saat air panas ditumpahkan ke daun-daun teh tersebut, maka para peri kembali ke angkasa.
Tak hanya para pemetik teh diseleksi hanya gadis perawan saja namun di Gushi provinsi Henan ini lebih spesifik lagi memilih gadis perawan dengan ukuran dada cup C.  Kelompok pemetik teh harus perawan, memiliki dada  dengan ukuran cup C dan tentunya saja tubuh yang indah, hal ini diyakini menjadi simbol kecantikan dan kemurnian.  Bayaran mereka juga tak sedikit, mereka dibayar sebesar 50 poundsterling sehari atau sekitar 700 ribu sehari.  Walaupun seleksi tersebut menimbulkan kontroversi namun hal itu tetap dijalankan.
Karyawan pemetik teh yang dicari haruslah wanita yang masih perawan memiliki dada dengan ukuran cup C serta tak memiliki bekas luka pada tubuhnya atau intinya memiliki tubuh yang mulus.  Namun menurut pihak pengelola sendiri hal ini menjadi kontroversi karena dianggap melecehkan kaum perempuan.  Walaupun pihak perusahaan sendiri menganggapnya adil karena mereka memang mencari wanita suci, cantik dan mulus sebagai kunci dari kemurnian teh.
Li Yong, juru bicara dari perkebunan Jiuhua ini mengatakan bahwa pekerjaan itu lebih berat daripada kelihatannya.  “Para gadis ini harus membersihkan diri mereka sebelum bekerja dan menjalankan beberapa latihan untuk membentuk leher dan bibir, ini merupakan tradisi yang tidak mau kami hilangkan” demikian katanya. Saat ini mereka sudah merekrut sekitar 10 gadis pemetik teh, dan para gadis itu tidak diperbolehkan untuk memetik teh dengan tangan mereka dan harus dengan mulut mereka.  Perusahaan ini mengatakan bahwa teh yang mereka hasilkan memiliki aroma segar dan bermanfaat untuk kesehatan.
Daun teh yang sudah dipetik itu diletakkan dalam keranjang yang disebut chaliuqing dan tidak boleh disentuh oleh tangan.  Li juga membenarkan adanya rekruitment seperti itu dan festival budaya teh mendatang juga akan menampilkan gadis – gadis memetik teh dengan mulut mereka.Beberapa abad lalu, para penjual teh China berinovasi dengan menyimpan teh di sela payudara gadis berusia 16 tahun. Mereka membiarkan teh tersimpan di sana selama para gadis tidur. Esok harinya, teh akan memiliki aroma perawan yang berkhasiat untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Ada-ada saja memang tradisi itu dan memang memiliki konotasi untuk melecehkan wanita dikarenakan hanya melihat wanita dari segi fisik saja.  Apakah anda percaya bahwa teh yang dihasilkan akan lebih enak dan beraroma?
 

2 komentar:

  1. Wew nice posting :D :lanjutkan:
    hahaha

    yg di china lucu, masa harus perawan yg ukuran dada.y cup C haha.
    :terus berkarya: haha :D

    BalasHapus
  2. ahahahha iya emng gitu har kenyataanya.
    aku aja heran . hahaha
    ok oke. sama sama .kmu juga tetep axis ah biar seru :D

    BalasHapus